Jumat, 04 Januari 2013

PENALARAN INDUKTIF

Sebelum mengetahui apa itu penalaran induktif, sebaiknya kita mengetahui lebih dahulu tentang penalaran.

Pengertian Penalaran

Menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 : 14) istilah penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya :
1.      Cara (perihal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis, jangkauan pemikiran, kepercayaan takhayul.
2.      Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
3.      Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.

Sedangkan, arti penalaran secara umum, yaitu :
Penalaran adalah suatu tahap pemikiran dan pembelajaran manusia untuk menghubungkan antara data dengan fakta yang ada sehingga pada akhirnya terdapat kesimpulan yang dapat diambil.

Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.

Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah suatu proses berfikir berupa penarikan kesimpulan dari fakta-fakta yang bersifat umum (berlaku untuk semua) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal khusus (fakta). Atau proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

Pola pikir induktif dapat membantu siswa menuju pola berpikir deduktif. Misalnya siswa diminta membuktikan bahwa dua bilangan ganjil jika ditambahkan hasilnya adalah bilangan genap. Siswa membuktikannya dengan menggunakan kasus khusus: 3 + 5 = 8; 3 + 7 = 10; dan 5 + 7 = 12, lalu siswa mengambil kesimpulan sementara bahwa benar jumlah dua bilangan ganjil adalah genap. Setelah itu tugas guru adalah mengarahkan siswa kepada pembuktian deduktif, dengan pengalamannya menggunakan contoh khusus, siswa akan sampai pada pola pikir deduktif dengan memisalkan bilangan ganjil sebagai (2n + 1).

Kesimpulan yang ditarik secara induktif tidak selalu dapat dibuktikan secara deduktif. Kesimpulan yang demikian dinamakan suatu konjektur. Konjektur adalah suatu tebakan, penyimpulan, teori atau dugaan yang didasarkan pada fakta yang tak tertentu atau tak lengkap.


Jenis Penalaran Induktif

Penalaran induktif terdiri dari terdiri dari tiga jenis yaitu: generalisasi, analogi dan hubungan kausal (sebab akibat).

1.      Generalisasi
Penalaran generalisasi dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.

Contoh :

Sigi duduk dibangku kelas 6 SD sudah berumur 11 tahun.
Vivian duduk dibangku kelas 6 SD sudah berumur 11 tahun.
Kevin duduk dibangku kelas 6 SD sudah berumur 11 tahun.
Bona duduk dibangku kelas 6 SD sudah berumur 11 tahun.
Generalisasinya yaitu, rata-rata anak yang duduk dibangku kelas 6 SD berumur 11 tahun.

Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang tanpa loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)

a)      Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh :
Bila ahli-ahli Biologi berdasarkan pengamatan mereka mengenai jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah 4,2 sampai 5,5 juta per mililiter kubik. Pada wanita jumlah sel darah merahnya 3,2 sanpai 5,2 juta sel per milimeterkubik.

b)      Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Contoh :
Sensus penduduk.

2.      Analogi
Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, kita dapat menarik kesimpulan. Tujuan dari analogi, antaralain:
·         Untuk meramalkan kesamaan.
·         Untuk menyingkapkan kekeliruan.
·         Untuk menyusun sebuah klasifikasi.

Contoh analogi

Donny adalah lulusan SMU Negeri 1 Bogor.
Donny dapat memilih universitas manapun di wilayah Jawa Barat.
Sabrina adalah lulusan SMU Negeri 1 Bogor.
Oleh Sebab itu, dapat memilih universitas manapun di wilayah Jawa Barat.

3. 3. Kausal (hubungan sebab-akibat)
Kausalitas merupakan perinsip sebab-akibat yang pasti antara segala kejadian. Merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

Contoh penalaran hubungan sebab-akibat :
Hujan sangat deras, dan adik tidak membawa payung. Akibatnya semua pakaian adik basah.

Contoh penalaran hubungan akibat-sebab :
Adik lupa membawa payung, karena payungnya disimpan di atas lemari pakaian.

Sumber ::

Tidak ada komentar:

Posting Komentar