Sebelum mengetahui apa itu penalaran induktif,
sebaiknya kita mengetahui lebih dahulu tentang penalaran.
Pengertian Penalaran
Menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 : 14)
istilah penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya :
1. Cara
(perihal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis, jangkauan
pemikiran, kepercayaan takhayul.
2. Hal
mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan
atau pengalaman.
3. Proses
mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau
prinsip.
Sedangkan, arti penalaran secara umum, yaitu :
Penalaran adalah suatu tahap pemikiran dan
pembelajaran manusia untuk menghubungkan antara data dengan fakta yang ada
sehingga pada akhirnya terdapat kesimpulan yang dapat diambil.
Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran yaitu
penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu proses berfikir berupa
penarikan kesimpulan dari fakta-fakta yang bersifat umum (berlaku untuk semua)
atas dasar pengetahuan tentang hal-hal khusus (fakta). Atau proses penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Pola pikir induktif dapat membantu siswa menuju pola
berpikir deduktif. Misalnya siswa diminta membuktikan bahwa dua bilangan ganjil
jika ditambahkan hasilnya adalah bilangan genap. Siswa membuktikannya dengan
menggunakan kasus khusus: 3 + 5 = 8; 3 + 7 = 10; dan 5 + 7 = 12, lalu siswa
mengambil kesimpulan sementara bahwa benar jumlah dua bilangan ganjil adalah
genap. Setelah itu tugas guru adalah mengarahkan siswa kepada pembuktian
deduktif, dengan pengalamannya menggunakan contoh khusus, siswa akan sampai
pada pola pikir deduktif dengan memisalkan bilangan ganjil sebagai (2n + 1).
Kesimpulan yang ditarik secara induktif tidak selalu
dapat dibuktikan secara deduktif. Kesimpulan yang demikian dinamakan suatu
konjektur. Konjektur adalah suatu tebakan, penyimpulan, teori atau dugaan yang
didasarkan pada fakta yang tak tertentu atau tak lengkap.
Jenis Penalaran Induktif
Penalaran induktif terdiri dari terdiri dari tiga
jenis yaitu: generalisasi, analogi dan hubungan kausal (sebab akibat).
1.
Generalisasi
Penalaran generalisasi dimulai dengan peristiwa-peristiwa
khusus untuk mengambil kesimpulan umum. Generalisasi adalah pernyataan yang
berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi
mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan,
generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh :
Sigi duduk dibangku kelas 6 SD sudah berumur 11 tahun.
Vivian duduk dibangku kelas 6 SD sudah berumur 11
tahun.
Kevin duduk dibangku kelas 6 SD sudah berumur 11
tahun.
Bona duduk dibangku kelas 6 SD sudah berumur 11 tahun.
Generalisasinya yaitu, rata-rata anak yang duduk
dibangku kelas 6 SD berumur 11 tahun.
Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya
ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang tanpa loncatan induktif. (Gorys
Keraf, 1994 : 44-45)
a) Loncatan
Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap
bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan
seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan
itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh :
Bila ahli-ahli Biologi berdasarkan pengamatan mereka
mengenai jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah
4,2 sampai 5,5 juta per mililiter kubik. Pada wanita jumlah sel darah merahnya
3,2 sanpai 5,2 juta sel per milimeterkubik.
b) Tanpa
Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan
cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang
kembali.
Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat
orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk
menyimpulkannya.
Contoh :
Sensus penduduk.
2.
Analogi
Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan
data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari
dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan
kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan persamaan kedua hal
tersebut, kita dapat menarik kesimpulan. Tujuan dari analogi, antaralain:
·
Untuk meramalkan kesamaan.
·
Untuk menyingkapkan kekeliruan.
·
Untuk menyusun sebuah klasifikasi.
Contoh analogi
Donny adalah lulusan SMU Negeri 1 Bogor.
Donny dapat memilih universitas manapun di wilayah
Jawa Barat.
Sabrina adalah lulusan SMU Negeri 1 Bogor.
Oleh Sebab itu, dapat memilih universitas manapun di
wilayah Jawa Barat.
3. 3. Kausal (hubungan sebab-akibat)
Kausalitas merupakan perinsip sebab-akibat yang pasti
antara segala kejadian. Merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak
memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian
dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan
apapun.
Contoh penalaran hubungan sebab-akibat :
Hujan sangat deras, dan adik tidak membawa payung.
Akibatnya semua pakaian adik basah.
Contoh penalaran hubungan akibat-sebab :
Adik lupa membawa payung, karena payungnya disimpan di
atas lemari pakaian.
Sumber ::
Tidak ada komentar:
Posting Komentar